Sabtu, 14 Januari 2023
πππ✝️π πππππ
ππππππππππππT
Renungan Harian Tulisan Pdt
Dr.Erastus Sabdono,bisa didengar Radio Mustika 102.80fm kota singkawang dan sekitanya Dan www.radio mustika.com.Setiap hari pukul 5.00 Wib (Pagi).
Shalom,Dia Allah yang hidup, Dia Allah yang nyata. Kalau kita memperlakukan Dia dengan benar, *Allah akan memperlakukan kita sesuai dengan sikap kita terhadap-Nya*. _“Dia berlaku suci kepada orang yang suci,_” demikian firman Tuhan. _“Kepada orang yang bengkok hatinya, Dia berlaku belat-belit.”_ Jadi, kalau kita memang tidak setia kepada Tuhan lalu hidup suka-suka sendiri, melukai, menyakiti Tuhan semena-mena, bagaimana Tuhan akan memperlakukan kita baik-baik? Kalau Tuhan memperlakukan kita baik-baik sementara kita hidup tidak sesuai dengan kesucian-Nya, maka seakan-akan Tuhan setuju dengan perbuatan kita yang tidak benar. Kalau perbuatan kita tidak benar, pasti kita dipukul, dihajar, didisiplin oleh Allah untuk menunjukkan bahwa Allah tidak setuju dengan keadaan itu. Sekarang, *apa pun dan bagaimanapun keadaan kita, mari kita memilih Tuhan*.
Tentu kata “memilih” artinya tidak cukup dengan kata-kata. *Pemilihan kita akan Tuhan, tidak cukup dengan kata-kata, tetapi harus dengan tindakan nyata, perbuatan nyata*. Kalau seseorang berkata memilih Tuhan, maka ada langkah-langkah konkret yang menunjukkan pilihannya. Kalau berkata, “Aku memilih Tuhan,” dia harus mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Berarti, dia harus meninggalkan dunia, meninggalkan kesenangan-kesenangan dunia, kebiasaan-kebiasaan di mana dia terikat dengan kesenangan-kesenangan dunia, harus ditinggalkan.
*Kalau kita memang serius memilih Tuhan, kita mesti, harus, wajib, tidak bisa tidak untuk meninggalkan kesenangan-kesenangan dunia.* Roh Kudus pasti memberi tahu apa saja yang Tuhan tidak suka. Sebab, kalau kita berjalan dengan Tuhan, kita harus bersih dari keinginan dunia, percintaan dunia, juga dari segala dosa. Kalau di dalam 1 Petrus 1:16-17 Tuhan berkata, _“Kuduslah kamu, sebab Aku kudus,”_ Tuhan menghubungkan kekudusan-Nya dengan kekudusan kita. Maksudnya jelas bahwa Tuhan menghendaki kesucian kita, karena Tuhan menghendaki persekutuan. _“Kuduslah kamu, sebab Aku kudus,”_ di balik pernyataan itu, Tuhan berkata, “Aku mau bersekutu denganmu. Aku mau tinggal dalam engkau, engkau dalam Aku. Maka, bersihkan dirimu dari apa yang najis.”
Di Perjanjian Lama, berkali-kali dikisahkan setiap kali Allah mau bersekutu dengan umat-Nya, Allah memerintahkan Musa, _“Kuduskan umat-Ku, kuduskan mereka._” Lalu mereka boleh mengadakan perayaan penyembahan kepada Elohim Yahweh. *Tuhan tidak akan berjalan dengan orang yang tidak kudus*. Itulah sebabnya dalam surat Korintus dikatakan: “Keluarlah kamu dari antara mereka, dan jangan menjamah apa yang najis. Maka Aku akan menerima kamu sebagai anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan.”_ (2 Korintus 6:17-18). Kalau kita masih menerima apa yang najis, berarti kita tidak memilih Dia. Pasti berarti memilih yang lain. Kalau kita ditanya, apakah kita anak-anak Allah, tentu kita akan berkata, “Ya, saya anak Allah.” Tetapi, apakah kita anak-anak Allah yang kudus atau tidak? *Kalau tidak kudus, maka tidak bisa bersekutu dengan Allah*. Jadi, kalau kita memilih Tuhan, berarti kita tidak memilih kesenangan dunia, percintaan dunia atau perbuatan dosa.
Inilah inti, nafas, jiwa dari kekristenan: *kekudusan* atau *kesucian*. Kita selamat tidak dimulai dari kita kudus, betul. Kita selamat bukan dimulai dari perbuatan baik kita, benar, tetapi oleh anugerah. Namun harus tahu, kalau orang menerima anugerah, berarti dia harus mau meninggalkan segala sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki. Inilah *anugerah yang bertanggung jawab*. Jangan berpikir bahwa Allah masih tetap menerima kita sebagai anak-Nya, walaupun dosa kita banyak bagaimana, Tuhan membenarkan. Kalau Tuhan membenarkan hanya supaya kita dianggap benar, maka Tuhan itu jahat. Dalam keadaan tidak benar, kita dibiarkan terus tidak benar, hanya “dianggap benar.”
Allah kita kudus, mulia, agung, tidak jahat, Allah kita sempurna. Dia menganggap kita benar, supaya Dia bisa memberikan Roh Kudus dan mendidik kita supaya kita bukan hanya dianggap benar, melainkan benar-benar berkeadaan benar. Ketika seseorang memilih Tuhan, sebenarnya itu sama dengan percaya. Orang yang tidak percaya, walaupun mulutnya mengaku percaya Yesus, maka dia tidak selamat. *Kalau hanya mulut saja mengatakan percaya Yesus, tetapi perilakunya tidak menunjukkan bahwa dia percaya, dia tidak akan selamat.*
Percaya kepada Tuhan itu tindakan; tindakan memilih Tuhan. Dan di dalam memilih Tuhan itulah seseorang meninggalkan dosa dengan segala sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki. Tuhan ingin berjalan bersama kita, Tuhan tidak ingin kita berjalan terpisah. Dia tidak ada di ruangan lain; Tuhan ada di ruangan hidup kita. Hanya masalahnya, apakah kita mau “krek” dengan Dia, mau “nge-blend” dengan Dia? Kalau kita mau “nge-blend” dengan Dia, maka *kita harus membersihkan diri dari semua dosa dan percintaan dunia, supaya kita bisa terus bersatu dengan Tuhan*. Ayo, kita “nge-blend” dengan Tuhan; kita menyatu dengan Tuhan. Kita tidak usah minta tolong kepada Tuhan, Tuhan pasti menolong kita kalau kita menjadi kekasih-Nya, kalau kita “krek” dengan-Nya.
Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
*TUHAN MENGHUBUNGKAN KEKUDUSAN-NYA DENGAN KEKUDUSAN KITA.*
Tags:
#Religi